Politik
DPR Menganggap Surat Pemakzulan Gibran Tidak Penting
Dinginnya DPR terhadap surat pemakzulan Gibran menimbulkan pertanyaan tentang akuntabilitas politik dan implikasinya terhadap lanskap pemerintahan Indonesia. Apa artinya ini untuk masa depan?

Sementara DPR RI tetap diam terhadap surat pemakzulan yang disampaikan oleh Forum Purnawirawan TNI mengenai Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, jelas bahwa usulan ini diperlakukan sebagai sesuatu yang tidak penting. Ketidakaktifan berkelanjutan dari DPR, MPR, dan DPD RI menunjukkan adanya pengabaian yang mengkhawatirkan terhadap sebuah masalah yang bisa membawa implikasi politik yang signifikan. Tidak adanya tanggapan resmi ini tidak hanya menunjukkan kurangnya urgensi, tetapi juga kemungkinan adanya prioritas legislatif lain di atas isu yang kontroversial ini.
Analis politik Adi Prayitno menekankan bahwa ketidakaktifan DPR mencerminkan sikap kolektif lembaga, bukan hanya pendapat dari masing-masing partai. Hal ini penting untuk dipahami, karena menunjukkan adanya konsensus yang lebih luas di antara para legislator bahwa pemakzulan mungkin bukanlah perhatian yang mendesak saat ini.
Namun, kita harus bertanya pada diri sendiri: apa prioritas legislatif DPR, dan bagaimana hal ini sesuai dengan harapan rakyat Indonesia? Ketika usulan besar seperti surat pemakzulan ini diabaikan, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang akuntabilitas dan representasi suara warga negara dalam proses legislatif.
Lebih jauh lagi, ketidakmampuan membahas usulan pemakzulan ini selama sesi pleno menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Ini menunjukkan keengganan untuk terlibat dalam diskusi yang sulit yang bisa mempengaruhi lanskap politik Indonesia. Kurangnya dialog ini sangat mengkhawatirkan, terutama mengingat implikasinya terhadap legitimasi politik Gibran.
Dengan mengabaikan surat tersebut, DPR secara tidak langsung dapat memperkuat persepsi impunitas di kalangan tokoh politik, yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap pemerintahan.
Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan hubungan antara institusi politik dan militer di Indonesia, terutama terkait keterlibatan Forum Purnawirawan TNI. Tindakan Forum ini mencerminkan minat militer terhadap urusan politik, dan respons DPR—atau ketidakhadirannya—dapat menunjukkan penerimaan tacit terhadap pengaruh ini.
Jika badan legislatif tidak aktif menanggapi dinamika ini, mereka berisiko mengasingkan segmen pemilih yang menginginkan adanya pemisahan yang jelas antara pengaruh militer dan pemerintahan politik.
-
Ekonomi1 minggu ago
Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini, Senin, 30 Juni 2025: Diperbaiki Lagi
-
Politik1 minggu ago
5 Negara yang Paling Tidak Disukai di Indonesia, Nomor 1 Pasti Israel
-
Budaya1 minggu ago
Farhan Mengatakan Dedi Mulyadi Mengusulkan untuk Membongkar Teras Cihampelas, Warisan Ridwan Kamil
-
Politik1 minggu ago
Fadli Zon mengatakan bahwa Menulis Ulang Sejarah Bukanlah Proyek Baru
-
Wisata7 hari ago
BP Haji Kawal Wacana Pendirian Kampung Haji Indonesia Di Arab Saudi
-
Ekonomi6 hari ago
Rp2.000 Triliun Investasi Dibatalkan Masuk Indonesia Selama Era Jokowi, Apa yang Salah?
-
Ekonomi3 hari ago
Pengaruh Trump dan Federal Reserve, Rupiah Melemah ke Rp16.205 per Dolar
-
Lingkungan7 hari ago
Walikota Bandung Farhan Frustrasi Karena Konflik Kebun Binatang Bandung yang Belum Terselesaikan