Budaya
Komunitas Budaya
Jelajahi bagaimana komunitas budaya menyeimbangkan menjaga warisan sambil merangkul modernitas dan eksposur global—temukan peran mengejutkan platform daring dalam upaya ini.

Anda mungkin tidak menyadari bahwa komunitas budaya sering bertindak sebagai duta besar tidak resmi, menjembatani kesenjangan antara populasi yang beragam. Dengan berpartisipasi dalam komunitas ini, Anda dapat secara aktif berkontribusi dalam melestarikan tradisi unik dan mendorong rasa persatuan. Namun, tantangan yang mereka hadapi dalam konservasi dan pendidikan lebih kompleks daripada yang terlihat. Bagaimana komunitas ini menyeimbangkan pemeliharaan integritas budaya sambil merangkul modernitas dan eksposur global? Dengan menjelajahi ini, Anda akan mendapatkan wawasan tentang dinamika rumit pelestarian budaya dan peran mengejutkan platform online dalam upaya ini.
Peran dalam Pelestarian Budaya

Komunitas budaya memainkan peran penting dalam melestarikan warisan dengan secara aktif melibatkan orang dalam tur dan diskusi sejarah. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan ini, Anda dapat memperoleh pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap sejarah dan warisan lokal.
Organisasi seperti Komunitas Historia Indonesia (KHI) dan Komunitas Jelajah Budaya (KJB) berada di garis depan upaya ini, memastikan bahwa narasi budaya tetap hidup dan relevan. Mereka sering berkolaborasi dengan museum dan entitas pemerintah untuk meningkatkan pendidikan budaya dan mengadvokasi pelestarian warisan, menjadikan pengalaman ini informatif dan berdampak.
Keterlibatan Anda dalam inisiatif ini tidak hanya membantu melestarikan identitas budaya tetapi juga memperkuat identitas budaya kolektif. Pemerintah mengakui pentingnya hal ini, mendukung lebih dari 2.241 komunitas budaya sejak 2012 melalui program seperti Bantuan Kebudayaan Masyarakat (FKBM).
Dukungan ini menekankan peran penting keterlibatan komunitas dalam pelestarian budaya. Inisiatif pendidikan yang dipimpin oleh komunitas-komunitas ini mendorong pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya budaya, mendorong Anda untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian warisan. Selain itu, inisiatif-inisiatif ini membantu mempromosikan konstruksi bambu unik dari instrumen tradisional seperti Angklung, memperkaya lanskap budaya.
Selain itu, keterlibatan seperti ini meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal melalui pariwisata budaya dan kerajinan, menawarkan Anda kesempatan untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari lanskap budaya yang dinamis ini.
Kelompok Warisan dan Sejarah
Komunitas Budaya
Kelompok Warisan dan Sejarah
Di Indonesia, kelompok warisan dan sejarah seperti Komunitas Historia Indonesia (KHI) dan Komunitas Jelajah Budaya (KJB) sangat penting dalam mempromosikan kesadaran dan apresiasi terhadap kekayaan warisan budaya bangsa.
KHI, didirikan pada tahun 2003, bekerja sama dengan museum dan Kementerian Kebudayaan untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan pelestarian sejarah. Dengan menyelenggarakan tur edukatif dan diskusi, mereka membuat sejarah menjadi dapat diakses dan menarik bagi semua orang.
Di sisi lain, KJB fokus pada apresiasi seni tradisional dan bangunan bersejarah melalui berbagai acara budaya, menghidupkan sejarah dengan cara yang semarak dan nyata.
Anda akan menemukan inisiatif lokal seperti Depok Heritage Community (DHC) dan Komunitas Pandu Pusaka juga memainkan peran penting dalam melestarikan sejarah lokal. Mereka mempromosikan pariwisata budaya, meningkatkan keterlibatan dan identitas komunitas.
Kelompok-kelompok ini bekerja tanpa lelah untuk memastikan bahwa kekayaan sejarah Indonesia tidak hanya dilestarikan tetapi juga dirayakan. Upaya mereka secara signifikan berkontribusi pada pelestarian budaya, memperkuat ikatan komunitas dan mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang lanskap budaya beragam negara ini. Secara khusus, situs arkeologis di wilayah seperti Tana Toraja menyoroti pentingnya melestarikan praktik dan sejarah tradisional.
Tantangan dalam Pelestarian Budaya

Melestarikan warisan budaya di Indonesia menghadapi tantangan signifikan, terutama karena kekurangan dana yang menghambat penelitian dan upaya konservasi yang penting. Tanpa dukungan keuangan yang memadai, lembaga budaya kesulitan untuk merawat dan memulihkan prasasti kuno dan peninggalan sejarah. Ketika pengabaian terjadi, aset berharga ini memburuk, mengancam kekayaan masa lalu Indonesia.
Pembangunan perkotaan menimbulkan tantangan lain yang cukup besar. Saat kota-kota berkembang, situs arkeologi semakin berisiko, seringkali mengarah pada hilangnya warisan dan konteks sejarah secara tidak dapat dipulihkan. Sangat penting untuk menyeimbangkan kemajuan dengan pelestarian, memastikan bahwa infrastruktur modern tidak menghapus jejak peninggalan kuno.
Masalah hukum lebih lanjut memperumit upaya konservasi. Kerangka peraturan sering kali kurang kuat, gagal memberikan perlindungan yang kokoh untuk mencegah penghancuran situs warisan kuno. Kekurangan dalam perlindungan hukum ini memperburuk kerentanan harta budaya Indonesia.
Selain itu, perdebatan yang sedang berlangsung tentang implikasi etis dari repatriasi artefak menantang konservasi. Pertanyaan tentang siapa yang memiliki dan mengelola warisan budaya menjadi sangat penting, terutama ketika koleksi asing menyimpan artefak yang signifikan. Di kota-kota seperti Makassar, tradisi budaya yang kaya menghadapi ancaman dari urbanisasi dan pembangunan yang cepat.
Anda harus menavigasi diskusi kompleks ini dengan hati-hati, menyeimbangkan kebanggaan nasional dengan tanggung jawab budaya global. Mengatasi tantangan ini memerlukan upaya bersama untuk melindungi warisan budaya Indonesia bagi generasi mendatang.
Penemuan dan Dampaknya
Penemuan arkeologi terbaru di Indonesia telah memperkaya pemahaman kita tentang narasi sejarah dan warisan budaya wilayah tersebut. Anda mungkin pernah mendengar tentang kerangka manusia prasejarah yang ditemukan di Aceh Tengah atau prasasti kuno di berbagai situs. Temuan-temuan ini menawarkan wawasan lebih dalam tentang peradaban kuno dan praktik mereka, menekankan pentingnya pelestarian budaya.
Situs-situs utama seperti Liyangan, Muaro Jambi, Gunung Padang, dan Candi Borobudur adalah harta karun informasi sejarah. Mereka mengungkapkan bagaimana komunitas awal hidup, beribadah, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.
Metode penanggalan modern dan teknik arkeologi bawah air telah menjadi pengubah permainan, memberikan data yang lebih tepat dan gambaran yang lebih jelas tentang masa lalu Indonesia.
Selain itu, inisiatif konservasi InSitu sangat penting. Mereka menekankan pentingnya menjaga situs arkeologi dalam konteks aslinya, yang sangat penting untuk pengelolaan warisan yang berkelanjutan. Upaya-upaya ini memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat menghargai dan belajar dari harta sejarah ini.
Acara seperti Hari Museum Nasional juga memainkan peran penting. Mereka menyoroti pentingnya warisan budaya dan memotivasi Anda untuk berpartisipasi dalam pelestarian landmark dan artefak sejarah. Selain itu, integrasi desain dan teknologi dalam pengelolaan warisan dapat meningkatkan pengalaman pengunjung dan mempromosikan kesadaran tentang situs budaya ini.
Pendidikan dan Keterlibatan Komunitas

Di tengah kekayaan sejarah Indonesia, komunitas budaya seperti Komunitas Historia Indonesia dan Komunitas Jelajah Budaya mengambil peran utama dalam mendorong pendidikan dan keterlibatan komunitas. Mereka menawarkan tur sejarah dan penjelajahan kota, mengajak Anda untuk menyelami masa lalu bangsa dan mengembangkan apresiasi yang lebih dalam terhadap warisan budaya.
Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya mengajarkan sejarah; mereka menjadikannya pengalaman yang hidup dan nyata, menghidupkan cerita dan tradisi.
Dengan bergabung dengan Depok Heritage Community, Anda dapat berpartisipasi aktif dalam melestarikan sejarah lokal dan mempromosikan pariwisata budaya. Keterlibatan ini memungkinkan Anda untuk mengelola dan mendidik orang lain tentang warisan, menjadikan sejarah lebih mudah diakses dan menarik.
Seminar internasional tentang warisan kota dan arkeologi publik memperdalam pemahaman Anda tentang pentingnya pelestarian sejarah, mendorong keterlibatan aktif dari masyarakat.
Kemajuan teknologi, seperti Google Earth, telah mengubah cara Anda terhubung dengan warisan budaya. Alat-alat ini merevolusi penelitian, membuat situs arkeologi dan data sejarah lebih mudah diakses untuk eksplorasi dan pembelajaran.
Dengan memanfaatkan sumber daya ini, Anda dapat terlibat dengan sejarah dengan cara yang inovatif. Selain itu, memahami identitas budaya Bali sebagai daerah di mana Hindu mendominasi memperkaya apresiasi Anda terhadap warisan beragam Indonesia.
Sementara program dukungan komunitas membantu meningkatkan visibilitas, partisipasi aktif Anda dalam komunitas budaya ini memastikan bahwa pelestarian sejarah dan keterlibatan pendidikan berkembang.
Pemerintah dan Dukungan Masyarakat
Anda telah melihat bagaimana komunitas budaya memainkan peran yang hidup dalam berinteraksi dengan kekayaan sejarah Indonesia. Komitmen pemerintah untuk membina keragaman budaya ini terlihat melalui inisiatif-inisiatifnya seperti Bantuan Kebudayaan Masyarakat (FKBM) dan Revitalisasi Desa Adat (RDA). Sejak dimulai—FKBM pada tahun 2012 dan RDA pada tahun 2013—program-program ini telah mendukung 2.241 komunitas budaya dan 534 desa adat hingga tahun 2019.
Inisiatif-inisiatif ini lebih dari sekadar bantuan finansial; ini adalah upaya strategis untuk memajukan budaya dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan menyediakan infrastruktur dan sumber daya penting untuk kegiatan budaya, pemerintah memberdayakan komunitas-komunitas ini, memastikan mereka berkembang baik secara budaya maupun sosial.
Ini bukan hanya tentang melestarikan tradisi—ini tentang mendorong kolaborasi di antara anggota komunitas, yang memperkuat kekayaan dan persatuan budaya. Selain itu, penekanan pada peningkatan kehadiran online melalui desain strategis membantu komunitas budaya menjangkau audiens yang lebih luas dan memamerkan identitas unik mereka.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berada di pucuk pimpinan, memprioritaskan inisiatif-inisiatif ini untuk memastikan mereka diimplementasikan dan dipertahankan secara efektif. Fokus mereka tidak hanya pada saat ini tetapi juga pada pengembangan masa depan, memastikan dukungan berkelanjutan untuk komunitas budaya.
Kesimpulan
Anda telah melihat bagaimana komunitas budaya seperti permadani yang berwarna-warni, menganyam benang warisan, sejarah, dan persatuan. Dengan memanfaatkan era digital, mereka mengundang Anda untuk berjalan melalui pintu virtual mereka dan merasakan kisah-kisah kaya mereka secara langsung. Meskipun menghadapi tantangan, komunitas-komunitas ini tetap teguh, seperti mercusuar yang membimbing kita melalui lautan badai pelestarian budaya. Dengan dukungan dari organisasi dan pemerintah, Anda didorong untuk bergabung dalam tarian pelestarian dan perayaan ini, memastikan tradisi-tradisi ini bersinar terang untuk generasi-generasi mendatang.
Budaya
Kepala Kecamatan Medan Berbicara Tentang Tarian Terbuka di Acara MTQ
Kepala Kecamatan Medan menanggapi kontroversi budaya dari sebuah pertunjukan tari, mengajukan pertanyaan tentang identitas dan koeksistensi yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut.

Camat Raja Ian Andos Lubis baru-baru ini menanggapi kontroversi yang terjadi seputar penampilan tarian oleh peserta Tionghoa dalam parade budaya pada tanggal 8 Februari 2025, terpisah dari acara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Ia menekankan tujuan parade tersebut: merayakan keragaman budaya Kota Medan dan koeksistensi antar kelompok etnis. Andos menjelaskan bahwa penampilan tersebut dimaksudkan sebagai ekspresi budaya, bukan tindakan religius. Diskusi mengenai insiden ini menyoroti pentingnya menyeimbangkan identitas budaya dan agama. Masih banyak yang perlu diungkap tentang peristiwa ini dan implikasinya.
Saat komunitas Medan bergulat dengan parade budaya baru-baru ini yang menampilkan pertunjukan tari oleh wanita tanpa hijab, Camat Raja Ian Andos Lubis telah maju untuk menjelaskan konteks di sekitar acara tersebut. Dia menjelaskan bahwa tarian tersebut terjadi selama parade budaya yang terpisah dari acara utama Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), yang berlangsung di lokasi yang berbeda pada tanggal 8 Februari 2025. Perbedaan ini penting, karena menekankan niat parade untuk merayakan identitas multikultural Medan Kota.
Camat Andos menyatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya pertunjukan tari sebelum acara tersebut. Ia menekankan bahwa parade tersebut bertujuan untuk memperlihatkan kekayaan keragaman budaya kota, khususnya termasuk berbagai kelompok etnis, seperti komunitas Tionghoa. Dengan menekankan poin ini, ia bertujuan untuk menggambarkan bahwa niat di balik parade bukan untuk memprovokasi atau tidak menghormati norma atau harapan agama apapun. Sebaliknya, itu adalah perayaan dari koeksistensi berbagai budaya dalam komunitas.
Pertunjukan tarian tersebut terutama dikaitkan dengan Kelurahan Panda Hulu I, yang terdiri terutama dari peserta etnis Tionghoa. Pentingnya, para penari ini meninggalkan parade segera setelah acara budaya dan tidak berpartisipasi dalam MTQ. Detail ini penting, karena menekankan bahwa pertunjukan tersebut bukan bagian dari acara keagamaan tetapi sebagai ekspresi budaya yang terpisah.
Insiden ini telah memicu diskusi di media sosial, mendorong kita untuk merenungkan keseimbangan antara ekspresi budaya dan harapan agama. Dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia, percakapan ini sangat penting. Mereka memungkinkan kita untuk menavigasi kompleksitas sensitivitas budaya sambil menghormati keyakinan agama.
Penting untuk mencapai keseimbangan yang menghormati baik kebebasan untuk mengekspresikan identitas budaya maupun kebutuhan untuk mematuhi praktik agama. Saat kita terlibat dalam diskusi ini, penting untuk mendengarkan dan belajar satu sama lain.
Berbagai pandangan tentang insiden ini menyoroti dialog yang sedang berlangsung tentang multikulturalisme di Indonesia. Kita harus mengakui bahwa acara semacam ini dapat berfungsi sebagai platform untuk memahami dan mempromosikan koeksistensi di antara berbagai komunitas. Pada akhirnya, memupuk lingkungan di mana keragaman budaya dirayakan sambil menghormati nilai-nilai agama sangat penting untuk harmoni dalam masyarakat kita.
Mari kita terus menjelajahi tema-tema ini bersama-sama, memastikan bahwa kita menghormati baik warisan budaya maupun komitmen agama kita.
Budaya
Mengungkap Misteri: Situs Arkeologi Tertua di Planet Kita
Temukan rahasia situs arkeologi tertua di dunia, di mana alat-alat canggih menantang pemahaman kita tentang leluhur manusia awal—apa lagi yang tersembunyi di bawah permukaan?

Kita menemukan Lomekwi 3 di Barat Turkana, Kenya, sebagai salah satu situs arkeologi tertua, yang berusia sekitar 3,3 juta tahun. Situs ini menyoroti kemampuan kognitif lanjutan dari leluhur manusia awal yang dibuktikan dengan alat batu canggih yang ditemukan di sana. Namun, terdapat kontroversi mengenai penanggalan dan konteksnya, yang memicu perdebatan berkelanjutan di antara para peneliti. Kompleksitas dalam memahami perilaku manusia awal ini mengingatkan kita bahwa masih banyak hal yang perlu dijelajahi tentang masa lalu leluhur kita.
Ketika kita menyelami dunia arkeologi yang menarik, kita menemukan Lomekwi 3, yang banyak dianggap sebagai situs arkeologi tertua, terletak di Barat Turkana, Kenya, dan diperkirakan berusia sekitar 3,3 juta tahun. Situs ini memberikan gambaran luar biasa tentang masa awal umat manusia, karena menunjukkan alat batu yang menunjukkan tingkat kemampuan kognitif dan keterampilan yang maju di antara nenek moyang kita.
Namun, kontroversi Lomekwi muncul karena beberapa peneliti mempertanyakan baik metode penanggalan yang digunakan maupun konteks dari artefak yang ditemukan. Skeptisisme ini menimbulkan diskusi penting tentang bagaimana kita mendefinisikan situs arkeologi “tertua”.
Penanggalan Lomekwi 3 mengandalkan analisis sedimen, yang, meskipun kuat, tidak kebal terhadap tantangan. Kritikus berargumen bahwa konteks di mana artefak-artefak ini ditemukan mungkin tidak sejelas yang awalnya dipercaya. Mereka menyarankan bahwa ketidakpastian semacam itu dapat berpotensi mengaburkan pemahaman kita tentang aktivitas manusia awal.
Skeptisisme ini mengundang kita untuk mempertimbangkan bagaimana bidang arkeologi bukan hanya repositori fakta tetapi juga arena dinamis di mana interpretasi dan pemahaman dapat berubah secara dramatis.
Dalam perdebatan yang sedang berlangsung ini, Gona di Afar, Ethiopia, muncul sebagai titik fokus penting. Gona memiliki alat batu yang berasal dari sekitar 2,6 juta tahun yang lalu, yang dikaitkan dengan Australopithecus garhi. Situs ini telah mendapat perhatian besar karena kejelasan temuannya dan garis waktu spesifik yang ditawarkannya.
Ketika kita menganalisis data dari Gona, kita mengakui bahwa bukti di sana tampak lebih jelas, membuat beberapa ahli mendukung Gona sebagai pemegang gelar situs arkeologi tertua yang sah.
Selain itu, Ledi-Geraru, juga di Ethiopia, menambahkan lapisan lain pada narasi yang kompleks ini. Diperkirakan berusia 2,8 juta tahun, kepentingannya telah memicu perdebatan di antara para peneliti, semakin memperumit percakapan.
Perbedaan jenis artefak dan konteksnya di berbagai situs menekankan perlunya pengawasan yang teliti dalam penilaian kita.
Pada akhirnya, diskusi seputar Lomekwi 3 dan Gona lebih dari sekadar tentang usia; ini mencerminkan pemahaman kita yang berkembang tentang perilaku dan kemampuan manusia awal. Setiap situs memberikan kontribusi unik untuk pengetahuan kita, dan saat kita menyaring bukti, kita menemukan diri kita di persimpangan penemuan.
Dalam kisah yang terus berkembang dari masa lalu kita, kita diingatkan bahwa arkeologi adalah perjalanan eksplorasi, interpretasi, dan, sesekali, kontroversi.
Budaya
Hukum Sabung Ayam di Thailand: Yang Perlu Anda Ketahui
Anda mungkin akan terkejut dengan kompleksitas hukum sabung ayam di Thailand—temukan apa yang perlu Anda ketahui untuk menavigasi tradisi unik ini.

Di Thailand, sabung ayam secara legal diizinkan di arena yang berlisensi, mencerminkan akar budayanya yang mendalam. Namun, kita menghadapi tantangan regulasi, terutama karena kaitannya dengan perjudian dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan hewan. Regulasi bertujuan untuk memastikan keamanan dalam industri ini sambil menyeimbangkan tradisi dan praktik yang manusiawi. Seiring dengan berkembangnya undang-undang ini, persepsi publik dapat berubah, mempengaruhi permintaan dan praktik pembiakan. Memahami dinamika ini sangat penting bagi siapa saja yang terlibat dalam tradisi ini, dan wawasan lebih lanjut menanti mereka yang mengeksplorasi lebih jauh tentang topik ini.
Hukum sabung ayam di Thailand menunjukkan interaksi yang kompleks antara tradisi, regulasi, dan persepsi publik. Praktik tradisional ini yang sangat berakar dalam budaya Thai, menghadapi tantangan regulasi yang signifikan yang mempengaruhi keberlangsungan dan penerimaan dalam masyarakat. Meskipun sabung ayam secara legal diizinkan di arena dan lubang yang berlisensi, regulasi yang mengelilinginya sangat ketat, terutama karena kaitannya dengan perjudian. Kendala ini membatasi pertumbuhan sabung ayam sebagai industri dan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadapnya.
Signifikansi budaya dari sabung ayam di Thailand tidak bisa dilebih-lebihkan. Bagi banyak orang, ini lebih dari sekadar olahraga; ini merupakan tenunan sejarah, komunitas, dan tradisi yang kaya. Namun, meskipun warisan budaya ini, kegiatan tersebut sering kali dipandang dengan skeptis. Stigma seputar perjudian, bersama dengan tuduhan kekejaman terhadap hewan, menciptakan lingkungan yang menantang bagi praktisi dan penggemarnya. Persepsi publik tetap menjadi rintangan kritis, karena banyak orang melihat sabung ayam melalui lensa asosiasi negatif ini daripada akarnya yang budaya.
Tantangan regulasi semakin rumit dengan fokus pemerintah pada memastikan keamanan dan pengawasan dalam industri. Ada seruan yang berkembang untuk penyusunan standar bagi lubang sabung ayam tradisional. Langkah ini bisa meningkatkan tindakan keamanan dan menyediakan kerangka kerja yang lebih jelas untuk operasi, yang mungkin, pada gilirannya, mendorong persepsi publik yang lebih positif.
Namun, penerapan regulasi semacam itu membutuhkan keseimbangan antara pelestarian praktik budaya dengan kebutuhan untuk perlakuan yang manusiawi terhadap hewan. Keseimbangan yang halus inilah di mana kompleksitas masalah berada.
Selain itu, sifat restriktif dari regulasi saat ini secara langsung mempengaruhi permintaan untuk membesarkan ayam aduan. Seiring regulasi semakin ketat, jumlah individu yang mungkin tertarik untuk memasuki pasar bisa berkurang, yang bisa menyebabkan penurunan baik dalam kualitas maupun kuantitas burung aduan yang tersedia. Penurunan ini bukan hanya ancaman bagi komunitas sabung ayam, tetapi juga bagi warisan budaya yang diwakilinya.
-
Pendidikan1 hari ago
Protes Massal di Depan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur: Menentang Pengurangan Anggaran Pendidikan
-
Politik1 hari ago
Usulan THR Setara dengan Upah Minimum oleh Pengemudi Ojol, Bagaimana Tanggapan Kementerian Ketenagakerjaan?
-
Pendidikan9 jam ago
Geng Perampok yang Menyerang Habib di Jakarta Utara Ditembak Mati Saat Melawan
-
Politik1 hari ago
Dedi Mulyadi Berbicara Tentang Utang untuk Pembangunan Masjid Agung Al Jabbar
-
Politik1 hari ago
Staf Istana Tanggapi Protes Terhadap MBG di Papua yang Dihadapi dengan Gas Air Mata
-
Kesehatan1 hari ago
Daftar Ponsel dengan Radiasi Tertinggi: Apakah Ponsel Anda Termasuk?
-
Olahraga10 jam ago
Mentalitas Tim Nasional U-20 Indonesia Dianggap Tidak Cukup dalam Persiapan
-
Hiburan Masyarakat10 jam ago
Agnez Mo Menerima Kritik Keras Dari Ahmad Dhani Setelah Menerima Royalti Sebesar Rp 50 Juta Per Bulan