Politik
KPK Akan Menyelidiki Isi LHKPN Pejabat Negara, Apa Tujuannya?
Jangan lewatkan penjelasan mendalam tentang tujuan KPK menyelidiki LHKPN pejabat negara dan dampaknya terhadap akuntabilitas serta transparansi pemerintahan.
Kami sedang mengeksplorasi tujuan di balik penyelidikan KPK terhadap LHKPN pejabat negara. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan. Dengan memeriksa deklarasi kekayaan, KPK dapat mengidentifikasi ketidakkonsistenan yang mungkin menunjukkan praktik korupsi. Kepatuhan terhadap LHKPN tidak hanya memupuk kepercayaan publik tetapi juga memberdayakan warga untuk meminta pertanggungjawaban pejabat. Penyelidikan ini bertindak sebagai pengaman terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan memperkuat pentingnya transparansi aset dalam demokrasi yang sehat. Memahami dinamika ini mengungkapkan mengapa penyelidikan semacam itu sangat penting untuk tata kelola yang etis dan partisipasi warga. Ada banyak lagi hal penting dalam proses ini yang memerlukan pemeriksaan lebih dekat.
Pentingnya Kepatuhan LHKPN
Ketika kita mempertimbangkan pentingnya kepatuhan LHKPN, jelas bahwa persyaratan hukum ini memainkan peran krusial dalam meningkatkan akuntabilitas di antara pejabat publik. Dengan mewajibkan pengungkapan kekayaan di bawah Undang-Undang No. 28 tahun 1999, kita membina budaya transparansi aset yang esensial untuk demokrasi yang sehat.
Transparansi ini tidak hanya memungkinkan kita untuk mengawasi keadaan keuangan para pemimpin kita tetapi juga memperkuat kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah.
Pelaporan yang teratur dan standar, seperti pengajuan LHKPN tahunan, membantu dalam mengidentifikasi ketidaksesuaian dan potensi konflik kepentingan. Proses ini sangat penting untuk pencegahan korupsi, karena membuka pintu untuk pengawasan publik. Ketika para pejabat tahu bahwa mereka sedang diawasi, mereka cenderung tidak terlibat dalam praktik yang tidak etis.
Selain itu, kegagalan untuk mematuhi LHKPN dapat mengakibatkan konsekuensi hukum yang signifikan, menuntut para pejabat untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kerangka hukum ini berfungsi sebagai mekanisme kontrol publik, memberdayakan kita sebagai warga negara untuk memantau integritas mereka yang berkuasa.
Pada akhirnya, dengan menuntut kepatuhan LHKPN, kita tidak hanya memenuhi kewajiban hukum; kita mendukung pemerintahan yang transparan dan akuntabel yang benar-benar melayani kepentingan rakyat.
Peran KPK dalam Investigasi
KPK memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pengajuan LHKPN bukan hanya formalitas tetapi sebuah alat nyata untuk akuntabilitas di kalangan pejabat publik. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri: Seberapa efektifkah prosedur investigasi KPK dalam melindungi kepentingan kita?
Dengan wewenang untuk mengawasi deklarasi kekayaan, KPK dengan teliti memeriksa ketidaksesuaian dan keanehan yang bisa menunjukkan korupsi. Pengawasan kritis ini membantu menjaga transparansi dan mencegah potensi konflik kepentingan.
Ketika kita mempertimbangkan prosedur investigasi KPK, kita melihat pendekatan yang terstruktur untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi anti-korupsi. Dengan mengeluarkan peringatan dan merekomendasikan sanksi atas ketidakpatuhan, KPK mengirimkan pesan yang jelas: akuntabilitas adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar.
Komitmen mereka terhadap pemantauan deklarasi kekayaan bukan hanya tentang legalitas; ini tentang membina budaya integritas.
Dalam pencarian kita untuk masyarakat yang adil, kita harus menghargai upaya KPK, karena mereka bertindak sebagai benteng melawan penyalahgunaan kekuasaan. Dengan memastikan pejabat publik dapat dipertanggungjawabkan, KPK memperkuat kepercayaan kita pada pemerintah, memastikan bahwa pemimpin-pemimpin kita mencerminkan nilai-nilai yang kita hargai.
Pada akhirnya, peran KPK dalam investigasi sangat penting untuk mempromosikan kerangka kerja tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Dampak pada Kepercayaan Publik
Membangun kepercayaan publik bergantung pada transparansi dan akuntabilitas, dan LHKPN memainkan peran penting dalam dinamika ini. Dengan mewajibkan pengungkapan aset dari pejabat negara, LHKPN menumbuhkan budaya di mana warga merasa diberdayakan untuk mengawasi kekayaan publik, pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pada pemerintah.
Tapi apa dampak spesifik terhadap kepercayaan publik?
- Mendorong manfaat transparansi: Akses terbuka ke laporan LHKPN memungkinkan warga untuk melihat kekayaan pejabat, mendorong integritas.
- Mendorong keterlibatan sipil: Warga menjadi partisipan aktif dalam tata kelola, menuntut akuntabilitas dari pemimpin mereka.
- Mencegah korupsi: Pemantauan publik terhadap ketidaksesuaian kekayaan bertindak sebagai pencegah yang kuat terhadap perilaku tidak etis.
- Memperkuat ukuran akuntabilitas: Pengawasan oleh KPK memastikan bahwa pejabat secara realistis mematuhi deklarasi mereka, menumbuhkan kejujuran.
- Meningkatkan kredibilitas: Pemeriksaan kepatuhan rutin oleh KPK meningkatkan kepercayaan pada institusi, mengurangi skeptisisme.
Saat kita mengeksplorasi implikasi dari LHKPN, kita mengakui bahwa ketika warga dapat menyaksikan transparansi dan akuntabilitas dalam aksi, mereka lebih cenderung percaya pada integritas pemerintah mereka.
Hubungan ini sangat vital untuk demokrasi yang berkembang, di mana kepercayaan publik adalah batu penjuru dari tata kelola yang efektif.
Politik
Tom Lembong Ditangkap oleh Kejaksaan Agung Terkait Kasus Impor Gula
Lembong ditangkap dalam skandal impor gula yang mencoreng integritas perdagangan Indonesia, tetapi apa dampaknya bagi masa depan regulasi perdagangan?
Penangkapan Tom Lembong baru-baru ini oleh Kejaksaan Agung menyoroti tuduhan serius dalam skandal korupsi yang terkait dengan impor gula ilegal di Indonesia. Terdapat tuduhan bahwa Lembong memfasilitasi impor meskipun ada surplus domestik, yang berkontribusi pada kerugian negara yang diperkirakan sebesar IDR 578 miliar. Sembilan tersangka lainnya telah muncul, termasuk eksekutif industri, yang mencerminkan jaringan praktik tidak etis yang luas yang mengganggu integritas perdagangan. Konsekuensi hukum terlihat di bawah hukum anti-korupsi Indonesia, dan kasus ini bisa secara signifikan mengubah kerangka regulasi di masa depan. Saat kita menjelajahi situasi yang terus berkembang ini, implikasi bagi regulasi perdagangan Indonesia menjadi semakin jelas.
Tinjauan Kasus Impor Gula
Kasus impor gula sering kali mengungkapkan masalah yang mendalam dalam kerangka regulasi di Indonesia, terutama selama masa jabatan Mantan Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, dari tahun 2015 hingga 2016. Dugaan korupsi telah muncul, menunjukkan bahwa Lembong memfasilitasi impor gula mentah meskipun ada kelebihan dalam negeri, sehingga mengabaikan regulasi gula kritis yang membatasi impor hanya untuk perusahaan milik negara.
Keputusan ini telah mengakibatkan kerugian negara sebesar IDR 578 miliar, menyoroti kekurangan signifikan dalam transparansi perdagangan dan akuntabilitas.
Saat kita menggali kasus ini, penting untuk dicatat bahwa Kantor Kejaksaan Agung telah mengidentifikasi sembilan tersangka baru, termasuk eksekutif dari berbagai perusahaan yang terlibat dalam impor gula ilegal.
Perkembangan ini menekankan implikasi yang lebih luas untuk kebijakan perdagangan Indonesia dan kebutuhan mendesak untuk reformasi dalam kerangka regulasi.
Kekhawatiran publik telah meningkat, mendorong seruan untuk pengawasan yang lebih baik dalam proses pengadaan pemerintah.
Dengan mengawasi praktik-praktik ini, kita dapat mengadvokasi lingkungan perdagangan yang lebih transparan yang mengutamakan kepentingan publik daripada keuntungan pribadi.
Kasus impor gula menjadi momen penting bagi Indonesia, mendesak kita untuk menuntut akuntabilitas dan reevaluasi sistem yang mengatur perdagangan.
Individu Kunci dan Tersangka
Mengidentifikasi individu kunci dalam kasus korupsi impor gula mengungkap jaringan tersangka yang terlibat dalam aktivitas ilegal yang memiliki implikasi signifikan bagi integritas perdagangan Indonesia. Di pusat skandal ini adalah Thomas Trikasih Lembong, mantan Menteri Perdagangan, yang dituduh memfasilitasi impor gula ilegal dari tahun 2015 hingga 2016. Bersamanya, sembilan tersangka baru telah muncul, termasuk Tonny Wijaya NG, Wisnu Hendraningrat, dan Hansen Setiawan, semua eksekutif di industri gula.
Kantor Kejaksaan Agung telah mengonfirmasi bahwa tujuh dari tersangka ini saat ini ditahan di penjara Salemba di Jakarta, menyoroti keparahan tindakan mereka. HAT, Direktur PT BSI, juga ditangkap sebagai buronan, yang semakin menggambarkan jaringan korupsi yang luas.
Nama Tersangka | Posisi | Status |
---|---|---|
Thomas Lembong | Mantan Menteri | Ditahan |
Tonny Wijaya NG | Eksekutif | Ditahan |
HAT | Direktur PT BSI | Ditangkap |
Saat kita mengurai profil-profil tersangka ini, kita mengungkap jaringan korupsi yang tidak hanya mempengaruhi industri gula tetapi mengancam fondasi integritas ekonomi bangsa kita.
Implikasi Hukum dan Finansial
Korupsi menggelayuti lanskap ekonomi Indonesia, terutama dalam skandal impor gula yang melibatkan Tom Lembong. Dampak hukum dari kasus ini sangat signifikan, karena dakwaan terhadap Lembong dan rekan-rekannya menimbulkan berbagai pasal dari hukum anti-korupsi Indonesia, menunjukkan pelanggaran serius terhadap kerangka regulasi.
Seiring kita menggali implikasi ini, kita melihat potensi hukuman berat, termasuk penjara, yang dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap pelanggaran di masa depan.
Secara finansial, konsekuensi korupsi sangat mengejutkan. Kerugian negara yang diperkirakan sebesar IDR 578 miliar tidak hanya mencerminkan skala kesalahan, tetapi juga menunjukkan bagaimana harga gula yang membengkak berdampak negatif terhadap konsumen.
Dengan membiarkan perusahaan swasta mendapat keuntungan melalui praktik yang tidak pantas, tindakan Lembong telah menggoyahkan penegakan regulasi yang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan publik.
Saat proses hukum berlangsung, kita harus mengakui bahwa pertanggungjawaban akan meluas melampaui Lembong ke beberapa eksekutif perusahaan yang terlibat.
Kasus ini dapat membentuk kembali kebijakan perdagangan dan penegakan regulasi di masa depan, mendorong lingkungan yang lebih transparan.
Pada akhirnya, hasilnya akan memberikan sinyal kepada publik dan dunia usaha bahwa korupsi, dalam bentuk apa pun, tidak akan ditoleransi di lanskap ekonomi Indonesia yang terus berkembang.
Politik
Terungkap! Perusahaan Aguan Memiliki Sertifikat HGB untuk Pagar Laut Tangerang
Masalah kepemilikan sertifikat HGB Aguan Company di Tangerang menimbulkan pertanyaan mendalam tentang keadilan dan keberlanjutan yang harus kita telusuri lebih lanjut.
Kami telah menemukan bahwa Perusahaan Aguan memiliki sertifikat HGB untuk 20 lahan pantai di Tangerang, yang bernilai Rp4,16 miliar. Namun, legalitas dari sertifikat-sertifikat ini sedang ditinjau oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Situasi ini mempersulit keadaan, terutama dengan keterkaitan PT Cahaya Inti Sentosa dengan grup berpengaruh Agung Sedayu. Nelayan lokal menghadapi tantangan yang semakin besar karena sertifikat-sertifikat ini membatasi akses ke perairan tradisional, menyebabkan disparitas ekonomi. Selain itu, penyelidikan pemerintah dapat membentuk kembali praktik pengelolaan lahan pantai. Isu-isu ini mengajukan pertanyaan mendesak tentang keadilan dan keberlanjutan, dan ada lebih banyak lagi dari cerita ini yang layak mendapatkan perhatian kita.
Perusahaan Aguan dan Sertifikat HGB
Ketika kita meneliti hubungan antara Perusahaan Aguan dan sertifikat HGB, gambaran yang kompleks muncul. Perusahaan Aguan, melalui anak perusahaannya PT Cahaya Inti Sentosa (CISN), memiliki sertifikat HGB untuk 20 bidang tanah pesisir di Tangerang. Kepemilikan ini, yang mewakili investasi substansial sebesar Rp4.16 miliar, menekankan taruhan besar perusahaan dalam pengembangan pesisir.
Namun, kita harus memeriksa keabsahan dari sertifikat HGB ini, karena telah muncul kekhawatiran mengenai kedudukan hukumnya. Menteri Kelautan dan Perikanan telah secara terbuka mempertanyakan legalitas dari sertifikat-sertifikat ini, meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan ketidakregularan.
Selain itu, afiliasi kuat CISN dengan Grup Agung Sedayu, pemain besar dalam pengembangan properti, menambahkan lapisan kompleksitas lain pada situasi ini. Dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah menerbitkan total 263 sertifikat HGB di area pesisir Banten, kita tidak dapat mengabaikan implikasi yang pengembangan ini berikan pada kebebasan dan hak-hak kita.
Saat kita menyelidiki lebih lanjut, kita harus mempertimbangkan apakah kepentingan Perusahaan Aguan sejalan dengan prinsip-prinsip penggunaan lahan yang adil dan legal, atau jika mereka membahayakan kebebasan dan hak-hak komunitas yang terpengaruh oleh pengembangan tanah pesisir ini.
Masalah Hukum yang Mengelilingi Lahan Pesisir
Berbagai masalah hukum mulai muncul seputar kepemilikan dan pengelolaan tanah pesisir di Banten, terutama menyangkut sertifikat HGB yang dimiliki oleh perusahaan seperti PT Cahaya Inti Sentosa (CISN).
Menteri Kelautan dan Perikanan telah mengangkat kekhawatiran tentang potensi ilegalitas dari sertifikat-sertifikat ini, mengarahkan pada pelanggaran dalam praktik pengelolaan tanah pesisir. Dengan jumlah yang mencengangkan sebanyak 263 sertifikat HGB yang dikeluarkan untuk area perairan di Banten, yang kebanyakan dipegang oleh PT Intan Agung Makmur, kita harus memeriksa dasar hukum dari klaim ini.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang sedang dalam penyelidikan atas perannya dalam penerbitan sertifikat HGB ini, yang semakin mempersulit lanskap kepemilikan tanah di wilayah pesisir.
Sebagai pemangku kepentingan, kita perlu mempertanyakan bagaimana sertifikat-sertifikat ini sejalan dengan regulasi pesisir yang ada dan implikasi yang ditimbulkannya terhadap sumber daya bersama kita. Otoritas lokal dan anggota komunitas semakin khawatir tentang dampak kepemilikan HGB terhadap komunitas nelayan lokal dan disparitas ekonomi yang mungkin timbul.
Sangat penting bagi kita untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan tanah pesisir untuk melindungi hak-hak kita dan lingkungan yang kita hargai.
Dampak pada Komunitas Lokal dan Ekonomi
Ketegangan yang berkelanjutan mengenai sertifikat HGB di Tangerang secara langsung mempengaruhi komunitas nelayan lokal dan stabilitas ekonomi mereka. Saat kita mengeksplorasi realitas yang dihadapi oleh komunitas ini, kita melihat bahwa keberadaan sertifikat HGB yang dipegang oleh perusahaan seperti PT Cahaya Inti Sentosa dan PT Intan Agung Makmur menimbulkan kekhawatiran serius. Pembatasan akses ke area penangkapan ikan tradisional karena operasi pagar pesisir membahayakan hak penangkapan ikan kami dan mengancam mata pencaharian kami.
Berikut adalah gambaran singkat situasi saat ini:
Faktor | Dampak |
---|---|
Sertifikat HGB | Membatasi akses ke area penangkapan ikan |
Pagar Pesisir | Mengganggu praktik penangkapan ikan tradisional |
Ketimpangan Ekonomi | Nelayan lokal menghadapi kesulitan yang meningkat |
Investigasi Pemerintah | Perubahan potensial dalam kebijakan penggunaan lahan |
Sorotan Media | Mungkin mengarah pada akses sumber daya yang adil |
Perkembangan ini menciptakan ketimpangan ekonomi yang semakin besar, karena kepentingan komersial mengaburkan kebutuhan kami. Pembongkaran pagar pesisir baru-baru ini oleh TNI AL menunjukkan bahwa ada harapan untuk mengembalikan akses kami. Kami harus terus menganjurkan hak kami dan mendukung pengawasan kepemilikan tanah pesisir untuk mengamankan mata pencaharian kami dan memastikan pendekatan yang seimbang terhadap penggunaan sumber daya.
Politik
Video Viral Menolak Jabat Tangan di Istana, Begini Respon Hashim dan Maruarar
Jangan lewatkan momen viral saat Hashim menolak bersalaman dengan Maruarar di Istana; reaksi dan tanggapan mereka mengundang banyak pertanyaan.
Kita telah melihat video viral yang menunjukkan Hashim Djojohadikusumo menolak untuk berjabat tangan dengan Maruarar Sirait selama penandatanganan MoU di Istana Merdeka. Hashim kemudian membantah rumor tentang konflik, menyebut narasi tersebut sebagai hoax dan mengutip tugas kepresidenan sebagai alasan ketidakhadirannya dalam konferensi pers. Maruarar merespons dengan humor, menekankan kolaborasi kuat mereka dalam inisiatif perumahan. Insiden tersebut memicu berbagai reaksi di media sosial, dari humor hingga kritik terhadap efektivitas Maruarar sebagai Menteri. Jelas bahwa interaksi publik seperti ini dapat mengubah persepsi. Untuk memahami implikasi dan reaksi yang lebih luas, mari kita jelajahi lebih banyak detail mengenai kejadian ini.
Ikhtisar Insiden Viral
Saat kita mengurai insiden viral baru-baru ini, sebuah video telah muncul yang menunjukkan Hashim Djojohadikusumo menolak jabat tangan dari Maruarar Sirait selama acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 8 Januari 2025, di Istana Merdeka, Jakarta.
Momen ini, yang tertangkap kamera, telah memicu diskusi besar di platform media sosial, memicu spekulasi tentang ketegangan yang ada di antara kedua pejabat tersebut.
MoU tersebut bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama dengan investor Qatar untuk mengatasi kebutuhan perumahan bagi komunitas berpenghasilan rendah, menyoroti peran kritis pemerintah dan kemitraan asing dalam menangani masalah sosial.
Namun, penolakan jabat tangan tersebut telah menenggelamkan niat positif dari acara tersebut, mengalihkan fokus kepada etiket politik dan dinamika antarpribadi.
Reaksi publik beragam; beberapa mengkritik kinerja Maruarar sementara yang lain mendukung Hashim, menggambarkan dampak mendalam dari media sosial dalam membentuk narasi politik.
Hashim telah menyebut video tersebut sebagai hoax, menyatakan bahwa dia sedang sibuk menjalankan tugasnya sebagai presiden pada saat itu.
Saat kita menganalisis insiden ini, menjadi jelas bahwa momen seperti ini dapat mengubah persepsi publik dan memengaruhi lanskap politik, menekankan pentingnya menjaga profesionalisme di arena politik.
Klarifikasi Dari Hashim dan Maruarar
Menanggapi rumor yang beredar mengenai insiden jabat tangan, Hashim Djojohadikusumo dan Maruarar Sirait telah cepat untuk menjelaskan posisi mereka. Hashim tegas membantah adanya perselisihan, menyebut berita yang beredar sebagai hoax. Dia menjelaskan bahwa dia sedang dipanggil oleh Presiden Prabowo Subianto saat insiden itu terjadi, yang mencegahnya dari menghadiri konferensi pers.
Sementara itu, Maruarar menanggapi video yang viral dengan tertawa, menekankan bahwa tidak ada permusuhan di antara mereka. Kedua pejabat tersebut mengonfirmasi interaksi hangat mereka sebelumnya, menekankan pentingnya memprioritaskan instruksi presiden daripada narasi media yang menyesatkan.
Mereka menyoroti dinamika hubungan yang kuat, yang telah penting untuk upaya kolaboratif mereka dalam inisiatif perumahan di seluruh Indonesia. Daripada membiarkan rumor mengatur citra profesional mereka, Hashim dan Maruarar mengungkapkan kepercayaan dalam kemitraan mereka dan komitmen terhadap tanggung jawab mereka.
Di dunia di mana media sosial dapat dengan mudah mendistorsi fakta, klarifikasi mereka berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya komunikasi langsung dan kepercayaan. Dengan mengatasi rumor ini secara langsung, mereka bertujuan untuk menghilangkan kesalahpahaman dan memperkuat semangat kolaboratif mereka.
Reaksi Publik dan Media
Video viral yang menunjukkan Hashim Djojohadikusumo menolak berjabat tangan dengan Maruarar Sirait telah memicu berbagai reaksi di media sosial dan outlet berita. Insiden ini tidak hanya menghibur banyak orang tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang implikasi politik bagi kedua tokoh yang terlibat.
Reaksi publik sangat bervariasi, menunjukkan spektrum opini:
- Beberapa orang menemukan humor dalam kecanggungan momen tersebut, membagikan meme dan lelucon di berbagai platform.
- Lainnya mengkritik keefektifan Maruarar sebagai Menteri Perumahan, mempertanyakan keterampilan kepemimpinannya.
- Analis politik menyoroti konsekuensi jangka panjang yang mungkin terjadi pada karier Maruarar karena insiden ini.
Dampak media sosial dari penolakan jabat tangan ini tidak bisa dianggap remeh. Ini menunjukkan betapa cepatnya persepsi dapat berubah di mata publik, sering kali didorong oleh konten viral.
Media telah melaporkan secara luas tentang dinamika yang diungkapkan oleh insiden ini, semakin memicu spekulasi tentang hubungan antara kedua pejabat tersebut.
Telah muncul seruan untuk pelaporan yang bertanggung jawab, menekankan kebutuhan akan komunikasi yang jelas di antara para tokoh politik untuk menghindari kesalahpahaman.
Saat kita menavigasi lanskap ini, penting untuk tetap terinformasi dan memperhatikan narasi yang berkembang seputar peristiwa semacam ini.
-
Kriminalitas5 hari ago
Osima Yukari Hilang dalam Kebakaran Plaza Glodok
-
Kesehatan2 hari ago
Hadiah Cinta: Dokter Melakukan Vasektomi pada Dirinya Sendiri, sebagai Hadiah Istimewa untuk Istrinya
-
Ekonomi4 minggu ago
Tantangan Ekonomi Jakarta: Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas dan Biaya Hidup Tinggi
-
Politik2 hari ago
Penduduk Gaza Memenuhi Alun-Alun As-Saraya saat 3 Tahanan Israel Kembali ke Rumah
-
Kriminalitas2 hari ago
Pelaku Pembunuhan Satpam di Bogor Menawarkan Rp 5 Juta untuk Menutupi Kasus
-
Kriminalitas2 hari ago
Polisi Menyita Aset Senilai Puluhan Miliar, Raja Judi Online Zeus Akhirnya Ditangkap
-
Transportasi2 hari ago
Mantan Direktur Pengelolaan Lalu Lintas dari Kepolisian Nasional Indonesia, Brigadir Jenderal (Purn.) Yusri Yunus, Meninggal Dunia
-
Wisata3 minggu ago
Pariwisata Kuliner di Jakarta – Menjelajahi Rasa di Sudut-sudut Ibu Kota